katanya ia yang begitu kusayangi
relationship itu bagai sebuah gelas
yang begitu rentan untuk hancur menjadi puing-puing sampah belaka
gelas yang saat ingin digunakan begitu di jaga dan dirawat
terlebih ketika ada lukisan indah tentang memorial disana
debu sekalipun tak diizinkan melekat untuk mengotori lukisan indah itu
namun,ketika tiba waktunya gelas itu terjatuh dan hancur
entahlah karena sengaja atau karena hembusan waktu yang menyisir usia gelas itu
tak akan ada lagi guna dari gelas indah itu
sekalipun tinta emas kebahagiaan tertata indah di tiap-tiap titik tubuh gelas
tak akan lagi dapat di perbaiki gelas itu untuk kembali berguna
jangankan untuk digunakan, dipampang pun publik tak lagi sudi melihat gelas yang penuh tambalan itu
jadi,menurut mereka lebih baik membeli gelas baru
dibandingkan mempertahankan gelas lama itu sekalipun tinta emas menghiasi
NAMUN ITU KATA PUBLIK bukan kataku
andaikan ia tahu betapa aku sayang pada gelas ini
segala macam upaya dengan segala dayaku
telah ku usahakan untuk mengembalikan gelas itu seperti semula
setidaknya,walau tidaklah seperti semula
gelas itu dapat lagi kembali mewadahi segala canda dan duka kami berdua
namun,hingga saat ini
ketika untuk 1 bulan kami berpisah, putusannya telah benar-benar bulat untuk membuang jauh gelas itu
BELLE
aku ini terlalu menyidihkan untuk persoalan cinta
terlebih kali ini,ketika aku menemukan ssyang yang begitu besar untuk dicurahkan
aku bahkan terus berpikir untuk benar-benar menghancurkan gelas
untuk kemudian kembali menambal tiap-tiap bagian dengan perekat dan adonan semen putih
untuk membuktikan padamu, bahwa gelas pecahpun dapat diperbaiki
dan menanyakan padamu,kasih
apakah kita makhluk yang dianggap sempurna ini,lebih hina dari sebuah gelas ??
karena gelas pecahpun,jika disusun dengan kesabaran akan menjadigelas kembali
mengapa kita tak dapat lagi memperbaiki gelas kita sepuing demi sepuing,untuk memfungsikan kembali gelas kita itu ???
1 comments:
layaknya gelas yg pecah..
meninggalkan serpihan- serpihan.
dan serpihan itu melukai terlalu dalam.
membekas dan mungkin takkan hilang.
Bukan dengan maaf, bkan dengan penyesalan luka itu hilang.
hanya dengan berjalannya waktu.
aku tak ingin menoleh kembali ke belakang untuk berusaha menyusun serpihan kembali.
terlalu lelah untuk merekatkannya,
terlalu takut untuk tergores kembali.
bukan aku tak bisa,
hanya aku tak mau.
gelas itu memang pecah,
takkan ku bentuk kembali, tapi juga takkan kubuang.
akan tetap ada di sana, segala rasa, semua kenangan, beribu cerita.
maafkan aku untuk segala ego ku ini..
Posting Komentar