mungkin, akan begitu mudah mencari orang tersenyum
dan disaat yang bersamaan ada orang yang tersenyum dan tertawa
namun tidak rasa yang dapat menjadi alasan senyum dan tawa itu muncul
seperti yang dilakukan pria satu ini,
disuatu malam ketika memang ada rutinitas untuk berkumpul bersama keluarga
yah,sekedar bercerita dan bertukar pengalaman dan pengetahuan
lalu,sang ayah ditengah penat pekerjaan beristirahat
bersama tempat favoritnya sambil menahan sakitnya yang ia rasa
namun, beban yang ia rasa dan sakit yang menyiksanya
dibalut dengan senyuman dan muka bahagia
agar tak ada yang tahu akan apa yang ia rasa sebenarnya
lalu, sang ibu melihat sebuah acara ditelevisi dengan candaan bersama sang ayah
dan anak-anaknya sibuk dengan urusan mereka masing-masing
entah,apa yang dipikirkan yang lain hingga meninggalkan si sulung bersama ayahnya
didalam kamar tersebut dengan acara perbincangan politik di televisi
sang ayah dengan begitu serius dalam diamnya serius melihat pergunjingan masalah negara
sedangkan si sulung hanya melihat sang ayah sambil sesekali bertnya akan pendapatnya
mungkin sang ayah masih ingin tak ada yang tahu akan apa yang ia rasa
namun, si sulung tak begitu bodoh untuk tipuan dari raut muka sang ayah
terlihat bagaimana mata sang ayah dipenuhi dengan urusan kantor yang begitu menumpuk
lalu bibirnya digigit tuk menahan erangan sakit yang ia rasa
tangannya seolah hanya relaksasi dengan menutupi perutnya tuk
namun, masalah perut yang sebenarnya ia rasa
ia memutus kedinginan kala itu denga memanggil gadisnya
seolah ingin menyantap kesegaran buah di malam hari, namun kembung yang ia rasa
ia hanya meminta segelas jus atau potongan buah lunak yang mudah dikunyahnya
dengan harapan asupan buah itu akan melancarkan pencernaannya
si sulung yang merasakan kejanggalan hanya berlakon seperti hari-hari biasanya
setelah gadisnya keluar, kembali tertinggal disana sang ayah dan si sulung
bersamaan dengan habisnya acara televisi yang mereka tonton bersama
lalu sang ayah berguling diatas ranjangnya, ingin menunjukan kantuk yang ia rasa
namun, bukan hanya sekedar kantuk karena si sulung melihat
rengutan dari mata sang ayah yang terpejam untuk menahan sakit yang dirasa
si sulung dengan angannya hanya terbang kepada tuntutan dan permintaannya akan materi dan kesenangan mudanya
sedang ayahnya terbaring menahan sakit bersama tuntutan pekerjaan
demi dapat meneruskan hari ceria anak-anaknya
dan menutup kekhawatiran tiap anak-anaknya akan kondisi dirinya
melukis senyum panjang dalam wajahnya, didepan anak-anaknya
melantunkan tawa untuk menenangkan pikiran dari anak-anaknya
sedang istrinya membisu untuk menjaga tak ada kata yang salah tuk diucap
hingga anak-anak tahu akan apa yang terjadi sebenarnya
dan mereka mencoba menjadi sebagaimana orang tua yang baik adanya
begitu setiap harinya, terus menerus dilakoni mereka
bersama dengan mengasihi tiap anak-anaknya
mengisi hari mereka dengan senyum dan canda
bersamaan dengan penanaman aturan sosial
agar kelak,putra/i mereka dapat diterima oleh masyarakat
sampai suatu saat nanti mereka mungkin hanya dapat melihat
hasil didikannya dari surga sana
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar